Persepsi Tentang Hari Ini dan Masa Depan




dakwatuna.com – “Hari ini menentukan

masa depan”

Kalimat bijak ini biasanya digunakan untuk

membangkitkan motivasi agar selalu

membiasakan diri melakukan yang terbaik

pada hari ini. Tujuannya adalah agar di

masa depan kita pun mendapat yang

terbaik. Aplikasi nyatanya, misalnya, jika

hari ini kita rajin belajar maka kita akan

pandai dan masa depan kita akan

cemerlang. Atau, istilah sederhananya

‘mudah mendapatkan pekerjaan’.

Sebaliknya, jika hari ini kita malas, maka

hari esok akan menjadi suram, sulit

mendapatkan pekerjaan.

Definisi dari interpretasi kata bijak tersebut

memang baik untuk memotivasi diri kita

supaya terus melakukan yang terbaik pada

setiap harinya. Namun, sayangnya hanya

berorientasi pada “kebaikan hari ini” dan

keoptimisan “hari esok sebagai dampak

kebaikan yang kita lakukan hari ini”. Hal ini

menimbulkan kesan bahwa kita berjalan

tanpa tujuan yang pasti. Hanya menapaki

jalan ke segala arah asalkan aman, tidak

berduri dan berkerikil tajam, maka kita akan

sampai pada sebuah tempat yang indah

dan penuh kebahagiaan. Tapi tempat

tersebut pun belum pasti apa dan di mana.

Padahal, sudah menjadi filosofi umum

bahwa dalam perjalanan, membuat sebuah

karya, atau apa pun, kita harus memiliki

tujuan pasti. Dengan kata lain, tujuan kita di

masa depan harus jelas agar apa yang kita

lakukan hari ini untuk menggapai tujuan

tersebut tidak sia-sia belaka. Oleh karena

itu, marilah mengubah persepsi bahwa

masa depan menentukan hari ini, bukan hari

ini menentukan masa depan.

“Masa depan menentukan hari ini”

Kalimat dalam tanda kutip tersebut berarti

bahwa kita harus merancang masa depan

terlebih dahulu untuk kemudian menentukan

tindakan-tindakan apa yang harus kita

lakukan untuk mencapai masa depan yang

kita rancang. Misalnya, ketika seorang siswa

kelas 3 SMA harus menentukan universitas

dan jurusan untuk melanjutkan kuliah. Tidak

bijak jika asal saja memilih universitas,

lebih lagi asal memilih jurusan dengan dalih

‘yang penting bisa kuliah’. Siswa tersebut

sebaiknya terlebih dahulu menentukan

jurusan apa yang akan ia ambil berdasarkan

minat, bakat, dan cita-citanya. Misalnya, ia

ingin menjadi guru Bahasa Inggris, maka

hendaklah ia memilih jurusan pendidikan

Bahasa Inggris. Setelah itu, barulah

menentukan perguruan tinggi atau

universitasnya. Tentu, universitas yang

dipilih harus memiliki fakultas keguruan dan

ilmu pendidikan. Selama masa kuliah,

nantinya ia akan belajar tentang bagaimana

menjadi seorang guru dan sekaligus

mendalami ilmu yang akan ia ajarkan

sebagai perbekalan menjadi guru. Ia pun

sebaiknya mulai mengajar, seperti les atau

privat, agar dapat semakin membiasakan

diri dan mencintai profesi sebagai pendidik.

Jika dipetakan, kira-kira akan menjadi

seperti berikut ini:

Masa depan= Tujuan <> Guru Bahasa

Inggris (di masa depan kita memiliki tujuan,

yaitu menjadi guru bahasa Inggris).

Hari ini = Upaya menggapai tujuan <>

Kuliah jurusan pendidikan Bahasa Inggris,

latihan mengajar (Hari ini kita melakukan

upaya untuk menggapai tujuan di masa

depan, yaitu dengan mengambil kuliah

jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan

latihan mengajar).

Dengan demikian kita telah memiliki tujuan

akhir yang pasti beserta rute jalan yang

harus kita lalui untuk menggapai tujuan

tersebut.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini

seperti orang asing atau penyeberang

jalan.” (HR. Bukhari).

Maksud dari “orang asing” dalam hadits

tersebut adalah posisi kita di dunia saat ini,

karena sebenarnya kampung halaman kita

adalah surga, dan di dunia ini kita hanyalah

dalam perjalanan. Kita tentu amat rindu

untuk bisa kembali ke surga yang penuh

keindahan itu. Namun, untuk dapat kembali

ke sana bukanlah dengan cuma-cuma. Ada

syarat dan ketentuan yang harus kita miliki

dan lakukan, ada pengorbanan dan usaha

yang harus dilakukan, seperti senantiasa

menghadirkan hukum syariat di hati dalam

setiap keadaan, melaksanakan konsekuensi

hukum tersebut, dan segera bertaubat atau

memohon ampunan ketika terjerumus

dalam dosa. Begitu pula dengan pencapaian

kita terhadap sebuah tujuan di dunia, harus

dengan upaya dan pengorbanan tertentu,

seperti contoh yang telah dipaparkan di

atas.

Kita di dunia adalah pengembara, seorang

yang tengah mengadakan perjalanan, maka

tujuan hidup kita haruslah jelas, perbekalan

dan rute yang akan kita lalui pun harus jelas

agar mencapai keparipurnaan tujuan. Oleh

karena itu, mari mengubah persepsi bahwa

masa depan menentukan hari ini.

Wallahu a’lam bisshawab.

Published with Blogger-droid v2.0.4

Comments

Popular posts from this blog

Evaluasi Sumber Daya Perusahaan

Servis Laptop yang Bagus, Bergaransi, Pengerjaan Cepat, di Bogor IPB Dramaga