Seaindaiya Jodoh Tak Dirahasiakan Allah

Ada perasaan pesimistis di hati Wianto. Di usianya yang sudah lebih 30 tahun, dia masih belum menemukan wanita yang siap menjadi istrinya. Pernah dia dekat dengan seorang wanita, tapi akhirnya hanya sekedar dekat saja, karena dia yakin, ketika "niat" sebenarnya diketahui, dia akan langsung ditolak secara halus. Mengapa begitu? Yah, karena dia hanya pegawai rendahan. Dia bekerja sebagai kurir sebuah perusahaan jasa pengiriman dokumen, yang hari-harinya lebih banyak dihabiskan di aspal jalanan. Di samping itu, gajinya kurang dari satu juta per bulan, padahal ini tahun 2000-an!

Dengan menyandarkan diri kepada Allah, Wianto menjalani hidup apa adanya, mengalir saja seperti air di sungai. Dia juga tidak ikut terjun dalam kompetisi memperebutkan Rita, rekan kerjanya yang banyak ditaksir teman-temannya. Dia tidak nimbrung ketika teman-temannya ngerumpi tentang Rita dalam setiap kesempatan. Baginya, Rita hanya boleh jadi tokoh imajinasi saja, dia--bahkan--tidak boleh diharapkan datang dalam mimpi, karena itu memang tidak mungkin. Ada perasaan rendah diri di hatinya. Perasaan ini muncul, setidaknya, sejak dia gagal kuliah.
"Aku lagi nyari waktu yang tepat buat nembak Rita," kata Kadir, teman Wianto.
"Wiet! Sebelum kau nembak, aku duluan yang nembak!" Tino menimpali.
Begitulah teman-teman Wianto selalu bergurau kalau pembicaraan tentang Rita sudah mulai memanas. Semua pria bujangan di kantornya, seolah-olah berlomba ingin merebut perhatian Rita. Memang Wianto mengakui, Rita gadis yang lumayan manis. Tapi kalau dia ikut terjun dalam kompetisi, pasti dia akan jadi pecundang. Pasalnya saingannya rata-rata berusia di bawah 30 tahun sedang Rita masih 19 tahun. Rita pasti akan melirik mereka ketimbang dirinya. Tapi, "Kamu mau nggak jadi istri saya?"

Tiba-tiba Wianto mempunyai keberanian yang luar biasa ketika, secara tidak sengaja, dia berada dalam satu ruangan bersama Rita. Tentu saja serangan mendadak itu sangat mengejutkan dan membuat Rita syok. Sejenak gadis itu seperti tidak bisa berpikir. Mungkin karena dia tahu Wianto selam ini acuh tak acuh padanya. Tidak pernah menggoda seperti rekan kerjanya yang lain. Wianto sendiri terkejut juga setelah mengajukan pertanyaan itu, karena itu benar-benar di bawah kendalinya. Ucapan itu keluar begitu saja tanpa direncanakan.

Sesampai di rumah, Wianto merasa telah memasukkan sebelah kakinya ke medan persaingan. Kalau dia angkat kembali, tanggung. Lebih baik dia menceburkan diri sekalian. Dia bertekad, besok akan menawarkan jas mengantar Rita pulang, selepas kerja. Besoknya ketika bertemu Rita, Wianto menyampaikan keinginannya mengantar Rita pulang. Di luar dugaan, Rita setuju. Tapi Wianto harus menunggu di satu tempat, tidak berangkat dari kantor. Wianto pun merasa melambung ke angkasa.

Hari-hari selanjutnya, Wianto dan Rita menjalani "hubungan gelap". Maksudnya mereka tetap merahasiakan kedekatan hubungan mereka kepada teman-teman di kantor. Sehingga Rita tetap saja menjadi bahan pembicaraan para bujangan, bahkan di depan Wianto.
"Kalian masih terus saja bicara, aku sudah bertindak!" kata Wianto dalam hati menyikapi kelakuan teman-temannya.

Setelah keluarga Wianto bertemu dengan keluarga Rita, akhirnya diputuskan hari pernikahan mereka. Wianto sekarang sudah tenang. Dia segera mencetak undangan pernikahan. Ketika undangan dia bagikan kepada teman-temannya yang biasa ngerumpiin Rita, seorang kawannya berkomentar, "Mau kawin sama siapa To?"
"Sama ceweklah, masak sama ente!" jawab Wianto bercanda.
Tapi yang membuat jantung teman-temannya bagai berhenti berdetak adalah ketika mereka membaca nama calon istri Wianto, yang tidak lain adalah Rita! Mereka langsung pucat dan salah tingkah.
"Oh jadi selama ini ente ...," kata seorang temannya ingin mengatakan sesuatu.
"Ya, ente semua kebanyakan teori. Ane langsung praktik!" jawab Wianto memotong.

Walhasil Wianto akhirnya menikah dengan Rita, primadona di kantornya. Walaupun usia mereka terpaut jauh, 13 tahun. Setelah pesta pernikahan selesai, Wianto bersyukur kepada Allah yang telah memberinya pendamping hidup. Dia sempat bicara pada Rita, "Dik, seandainya jodoh itu nggak dirahasiakan Allah, atau seandainya sejak dulu aku tahu kalau kamu yang nanti akan menjadi istriku, pastilah aku sangat stres."
"Kok gitu, Mas? Memangnya kenapa?" tanya Rita tidak mengerti.
"Gimana nggak stres, waktu aku kuliah pertama, kamu masih di taman kanak-kanak!"

Mahasuci Allah


___________
From the book: Rahasia Rezeki Jodoh dan Mati , 14 Feb. 2010
(True Story)
Dwi Bagus M.B

Comments

Popular posts from this blog

Evaluasi Sumber Daya Perusahaan

Servis Laptop yang Bagus, Bergaransi, Pengerjaan Cepat, di Bogor IPB Dramaga